Ancaman Inflasi AS Dapat Melemahkan Euro
Data CPI Amerika Serikat akan dirilis nanti malam pukul 20.30 wib, dimana data ini merupakan salah satu faktor dari angka inflasi.
Dengan prediksi data CPI 0,7% maka tercermin adanya kenaikan angka inflasi ke level 6,7%, yang artinya ini merupakan inflasi tertinggi sejak tahun 1982. Keadaan ini tentunya akan membuat para pelaku pasar mengasumsikan bahwa The Fed akan melakukan pengurangan pembelian asset secara agresif dan tentunya akan menaikan suku bunga dalam waktu cepat.
Setidaknya pembelian asset akan berhenti pada bulan Maret tahun 2022 dan jika angka inflasi terus memanas maka akan dilanjutkan dengan kenaikan suku bunga yang diprediksi dapat terjadi 2 – 3 kali di tahun depan.
Sedangkan dari benua Eropa dilaporkan bahwa penyebaran virus omicron terlihat sangat massif di Inggris , Jerman dan Perancis, dimana di prediksi warga Inggris yang terinfeksi dapat mencapai 1 juta orang pada akhir tahun ini. Sedangkan di Jerman terdapat lebih dari 500 warganya terinfkesi dan di Perancis setidaknya terdapat lebih 600 yang terinfeksi dalam 24 jam terakhir.
Walaupun virus omicron mempunyai daya penularan yang cukup tinggi serta mempunyai gejala yang lebih ringan dibandingkan dengan dampak virus delta, tetapi WHO memperingatkan bahwa masih diteliti lebih lanjut dampak angka kematian dari virus omicron ini dalam beberapa waktu kedepan.
Efek Terhadap Pasar
Resiko adanya kenaikan angka inflasi di Amerika Serikat serta resiko penyebaran virus omicron secara massif di benua Eropa dapat membuat membuat pelemahan pair EURUSD.
Ekspektasi Pasar
Diprediksi pair EURUSD bergerak dalam range 1.1197 – 1.1313
Trading Plan :
Sell Limit 1.1313 – 1.1368 dengan target 1.1197 – 1.1245
Stoploss 1.1492
Grafik EURUSD timeframe D1
Disclaimer
Fundamental bukanlah teknikal yang dapat berubah dalam hitungan jam bahkan menit, tetapi fundamental merupakan suatu gambaran besar atas pandangan kedepan yang dapat terjadi dalam rentang waktu yang lebih panjang.