Drama Brexit Tidak Menguntungkan Bagi Poundsterling
Drama Brexit dari Inggris tidak kalah dengan drama perang dagang Amerika – China. Tahun 2016, Rakyat Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa, yang dikenal sebagai Brexit, karena golongan Populis merasa bahwa masalah imigrasi dan kenaikan iuran Uni Eropa sangat tidak menguntungkan bagi rakyat Inggris.
Kemenangan golongan Brexit membuat David Cameron memenuhi janjinya untuk turun dari jabatan sebagai Perdana Menteri digantikan oleh Theresa May. 3 tahun Perdana Menteri May melakukan perundingan dengan Uni Eropa tentang perceraian ini tetapi 3 kali pula proposal kesepakatan Brexit Theresa May – Dewan Uni Eropa , ditolak oleh Parlemen Inggris. Sampai terakhir May mengatakan bahwa jika kesepakatan Brexit terakhir ini dapat di terima oleh Parlemen Inggris, maka dia akan mengundurkan diri, dan ternyata proposal tersebut tetap ditolak oleh Parlemen.
Saat ini Theresa May kembali mengajukan proposal terbarunya yang jaminan terbaru bagi hak hak pekerja, dukungan Irlandia dan kompromi masalah bea cukai. Belum lagi proposal ini di perdebatkan di Parlemen , Pemimpin Partai Konservatif Andrea Leadsom mengundurkan diri dari parlemen inggris.
Referendum ke 2 Brexit merupakan menawaran dari proposal terbaru May yang sangat kontroversial dan membuat desakan atas turunnya Perdana Menteri ini kembali marak sejak rabu kemarin, tetapi May menolaknya. Keadaan ini tentunya merupakan cara agar Inggris dapat mendapatkan manfaat ekonomi dari Uni Eropa tanpa harus mengorbankan system politik dan pemerintahannya.
Pemilihan umum di Uni Eropa saat ini tentunya akan membebani perekonomian dan membuat banyak investor harus berpaling dari benua Eropa, sehingga range pergerakan pair GBPUSD akan terlihat pada level 1.2753 – 1.2577.
GBPUSD Timeframe Weekly
Fundamental bukanlah teknikal yang dapat berubah dalam hitungan jam bahkan menit, tetapi fundamental merupakan suatu gambaran besar atas pandangan kedepan yang dapat terjadi dalam waktu yang lebih panjang.