Kebijakan Moneter Bank Sentral di Akhir Tahun 2017

Baca artikel di situs FBS

Dipenghujung tahun 2017 ini, kita akan membahas bagaimana pertumbuhan ekonomi global dan kebijakan bank sentral guna mengendalikan laju tingkat inflasi di tahun mendatang. Pertumbuhan ekonomi di negara negara maju seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, China, Jepang cukup baik dan semua ini tentunya tidak terlepas dari kebijakan moneter yang  akomodatif. Uni Eropa mempunyai pertumbuhan terbaik tahun ini dengan hasil di atas ekspektasi dan ditandai dengan surplusnya  pada neraca perdagangan. Sedangkan dari sektor tenaga kerja, dilaporkan bahwa bertambahnya lapangan kerja mengakibatkan turunnya tingkat pengangguran sampai di level terrendah, walaupun kenaikan upah tenaga kerja mengalami stagnasi. Ini semua disebabkan adanya perubahan perilaku masyarakat di dunia, yang mulai masuk kedalam dunia online, sehingga banyaknya permintaan tenaga kerja kreatif yang berusia muda. Didalam suatu perusahaan kecil yang berbasis IT, tentunya mempunyai tenaga kerja yang sangat sedikit dengan pedapatan besar serta menghilangkan semua hambatan struktur sehingga perusahaan mereka sanga efesien dan efektif.

Perubahan lain yang serba online dan menggunakan aplikasi ini, tidak hanya menggeser peran taxi, mall .agen property dan lain lain, tetapi mulai terlihat peran mata uang dan bank sentral mulai terusik dengan hadirnya alat tukar baru Cripto Currency. Walaupun banyak sekali analis mengatakan sudah bubble tetapi harga bitcoin tetap saja mendaki tanpa henti. Semua analisa TEKNIKAL akan gagal jika bertemu dengan pair satu ini. Cripto Currency tentunya sangat tidak menguntungkan bagi pendapatan / pajak suatu negara dan alat pembayaran ini dapat digunakan sebagai alat money laundry bagi para criminal dan teroris karena tidak dapat terdeteksi oleh regulasi.bank sentral.

Keadaan seperti inilah yang kita ketemui di tahun 2017 dan semakin akan beragam di 2018. Dan ini pulalah yang menyebabkan tingkat pertumbuhan suatu negara mulai naik tetapi laju inflasi sangat sulit untuk naik, lowongan pekerjaan naik tetapi upah perjam nya tidak terlalu tinggi mengingat tidak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama dalam perubahan teknologi yang terjadi.

Dan ini tentunya membuat bank sentral Amerika, The Fed pada tanggal 13 Desember 2017, mendapatkan kritik dari beberapa ekonom dunia, mengenai kenaikan suku bunga dari 1,25% menjadi 1,5% dalam keadaan inflasi yang masih rendah. Memang disektor tenaga kerja, prestasi yang dihasilkan sudah cukup baik dengan tingkat pengangguran di level 4,1%, tetapi laju inflasi yang dari tahun ke tahun masih terasa berat untuk naik mencapai target 2%.

Kebijakan The Fed menaikan suku bunga minggu lalu tidak sepenuhnya mendapat dukungan members the Fed sehingga para pelaku pasar dapat membaca bahwa ada sudut pandang didalam rapat tersebut bahwa kenaikan suku bunga tidak akan dilakukan secara kontinyu kedepannya. Disisi lain pengganti Janet Yellen, kedepannya akan tetap mendukung semua kebijakan yang telah diambil olehThe Fed, walaupun dikemudian hari dia akan dapat merubah nya sesuai dengan situasi dan kondisi yang akan terjadi dikemudian hari, kata Jerome Powell saat dengar pendapat dengan kongres 2 minggu lalu. Kebijakan fiskal yang diambil oleh Donald Trump memang membuat nyaman bagi para investor yang akan berinvestasi, dan ini terlihat dari tingginya pertumbuhan invetasi yang tercermin dari index saham, yang selalu membuat rekor tertinggi baru tanpa koreksi berarti.

Fenomena ini tentunya tidak terlepas dari meningkatnya belanja konsumen dan pertumbuhan lapangan pekerjaan yang baik. Reformasi pajak di Amerika membuat atmosfir baru bagi investor untuk berinvestasi di negeri Paman Sam. Tetapi kita juga perlu mengingat bahwa di tahun 2018 merupakan tahun dimana tepat jatuhnya siklus krisis 10 tahunan (1998 – 2008 – 2018), dimana krisis moneter ini akan melanda kawasan mana dan kapan terjadinya. Walaupun itu hanya suatu rumor tetapi kita dapat melihat adanya over bought di index saham Dow Jones yang jika terjadi pembalikan, akan memberikan hantaman keseluruh pasar uang di dunia.

Level index dollar masih dalam range sideways antara 92.50 an sampai ke 93.60 an, melewati batas atas dan bawah range tersebut maka dapat dipastikan akan terjadi pergerakan harga yang satu arah.

AUSTRALIA

Aussie: Bank sentral Australia dalam notulen rapat pada tanggal 5 desember 2017, mengatakan bahwa, tingkat suku bunga yang rendah, memberikan dukungan pada perekonominan Australia. Tingkat pertumbuhan negara kangguru ini hanya 0,6% dengan tingkat inflasi 1,8% dan tingkat pengangguran sekitar 5,4%. Kenaikan suku bunga tentunya akan membebani pertumbuhan ekonomi atau GDP negara tersebut yang tentunya disaat penguatan US Dollar, pair ini akan sangat memmanfaakannya.

Level resistance AUDUSD adalah 0.7700 – 0.7760 dengan target penurunan mecapai ke level : 0,7560 – 0,7500

EROPA

Inggris: Bank of England minggu lalu menetapkan untuk tidak menaikan suku bunga walaupun laju tingkat inflasi sudah mencapai 3,1% dengan sektor tenaga kerja memasuki tahap paling baik sejak tahun 1975. Banyak analis bertanya, mengapa BoE masih belum mau menaikan suku bunga, walaupun data ekonomi negara tersebut dalam keadaan prima? Beberapa analis yakin bahwa inflasi inggris akan trun secara perlahan di tahun depan karena masalah Brexit bukanlah masalah yang dapat terukur baik kualitas maupun kuantitasnya dalam mempengaruhi pasar uang di inggris. Pergerakan GBPUSD sangat dipengaruhi oleh tahapan hasil perundingan Brexit dan penguatan US Dollar, sehingga kita melihat beberapa waktu belakangan ini GBPUSD dalam keadaan sideways yang benar benar panjang.

Range level GBPUSD ada pada 1.3300 – 1.3390, melewati range tersebut maka harga akan terlihat mulai trending kembali

Uni Eropa:  Seperti kita ketahui bahwa pertumbuhan yang paling pesat ada dikawasan Uni Eropa sehingga pertumbuhan Investasi bisnis dikawasan ini membuat Euro Central Bank akan kembali mengadakan taper dibulan januari 2018 sebanyak 30 Milyar euro, dan ini merupakan pesan ke pasar bahwa normalisasi kan kembali dilakukan oleh bank sentral Eropa ini. Pelemah US Dollar kan selalu dimanfaatkan oleh para pelaku pasar untuk kembali membeli mata uang Euro.

Level support terkuat EURUSD ada di 1.1722 dengan target kenaikan ke level 1.1820 an dan 1.1920 an.

Reza Aswin

Bagikan informasi ini ke teman Anda

Menyerupai

Berita terbaru

Buka secara instan

FBS menyimpan catatan data Anda untuk menjalankan website ini. Dengan menekan tombol "Setuju", Anda menyetujui kebijakan Privasi kami.