Normalisasi

Baca artikel di situs FBS

Dengan membaiknya ekonomi global maka tidak mengherankan bahwa perekonomian berimbas ke negara – negara maju. Normalisasi merupakan suatu tahap penarikan liquiditas dipasar sehingga inflasi dapat dikendalikan. Amerika Serikat sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia sudah memperlihatkan data ekonomi yang kuat dan berimbas kepada pertumbuhan ekonomi yang mulai membaik. Data - data ekonomi Amerika seperti angka pegangguran yang turun dari 4,2% ke 4,1% dibulan Oktober dan lowongan pekerjaan yang naik dari 18k menjadi 261k serta laju inflasi yang mulai merangkak naik dari 1,9% ke 2,2%, membuat The Fed akan menaikan suku bunga pada bulan Desember 2017. Perekonomian yang terlihat membaik ini tentunya tidak lepas dari andilnya gubernur The Fed Ben Bernanke dan dilanjutkan oleh kepemimpinan Janet Yellen. The Fed terlihat Fokus terhadap mandat kongres AS pada 9 tahun terakhir dan ini adalah kunci keberhasilan Amerika Serikat saat ini, dimana index saham Dow Jones melewati 23.000, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa.

Tetapi akhir - akhir ini US Dollar terlihat terkoreksi melemah dikarenakan adanya benturan di senat tentang masalah tax reform. Faktor lain adalah Jerome Powell yang menjadi nominasi gubernur The Fed pilihan Donald Trump sebagai pengganti Janet Yellen. Banyak ekonom memprediksi bahwa Jerome Powell akan lebih mengikuti keinginan ambisi Trump untuk suku bunga yang tidak tinggi. Di sisi lain The Fed saat ini merasa sulit memberikan suatu standar komunikasi atas kebijakan moneter yang disosialisasikan kepada masyarakat oleh ke 19 anggotanya. Kesalahan mengkomunikasikan antara arah kebijakan moneter ke depan dengan keadaan ekonomi pada saat ini oleh para anggota The Fed, tentunya akan menciptakan harapan yang kurang tepat bagi para Investor.

Level index Dollar pada 93.55 – 92.55 merupakan support kuat, sehingga pada level ini US Dollar akan kembali menguat disaat level tersebut tidak dapat dilewati.

Japan

Yen. Pelemahan US Dollar tidak disia - siakan oleh pair USDJPY. Kebijakan moneter Bank of Japan minggu lalu yang dirilis, menyebutkan bahwa BoJ tidak akan menambah program stimulus ultra longgar kedepannya. Asumsi ini diterjemahkan oleh investor, sebagai adanya upaya BoJ sedang menuju arah normalisasi dengan mengamati data inflasi yang mulai membaik di negara sakura ini. Taper akan terjadi dimasa yang akan datang dan ini tentunya akan berimbas pada penguatan Yen disaat pelemahan US Dollar terjadi.

Disaat level 113.15 dilewati maka 112.60 – 112.00 akan menjadi target penguatan Yen kedepannya.

Eropa

            Euro. Dengan tingkat inflasi Uni Eropa yang cenderung membaik kedepannya, maka bukanlah suatu hal yang sulit untuk memprediksi Euro beberapa waktu kedepan. Taper 30 milliar Euro di awal tahun 2018 merupakan sinyal normalisasi yang diterima oleh pasar tentang bullish nya pair EURUSD. Jika sampai ada nada dovish dari Mario Draghi, ini merupakan sinyal koreksi bagi penguatan euro kedepannya.

Level koreksi Euro ada pada 1.1726 dengan resistance kuat di level 1.1820 an

New Zealand

            NZD. Kebijakan moneter dari bank sentral New Zealand adalah ingin menguatkan mata uangnya kedepan, Ini merupakan fase normalisasi pada tahap selanjutnya. Ini tentunya didukung oleh laju inflasi negara tersebut medekati 2% dengan tingkat pengangguran 4,6% membuat power NZDUSD dapat akan terlihat bullish disaat pelemahan US Dollar kedepannya.

Level 0.6850 merupaka support kuat bagi NZDUSD dengan target kelevel 0.6988

Reza Aswin

Bagikan informasi ini ke teman Anda

Menyerupai

Berita terbaru

Buka secara instan

FBS menyimpan catatan data Anda untuk menjalankan website ini. Dengan menekan tombol "Setuju", Anda menyetujui kebijakan Privasi kami.