Parlemen Inggris Menolak Kesepakatan BREXIT
Theresa May akhirnya harus mengakui bahwa kesepakatan perjanjian Brexit pemerintahnya dengan Uni Eropa harus kandas, setelah ditolak oleh Parlemen tadi malam. Kekalahan pemerintah Inggris di parlemen ini tentunya sudah banyak di prediksi oleh para pengamat politik sejak awal, dengan banyaknya penolakan dari anggota parlemen, anggota parta serta masyarakat Inggris atas kesepakatan Perdana Menteri Inggris dengan Dewan Eropa dan Presiden Uni Eropa.
Rancangan Undang Undang Brexit tersebut harus gugur setelah 432 anggota parlemen Inggris menolak dan hanya 202 anggota yang setuju dengan rancangan pemerintah, dan ini merupakan kekalahan terbesar pemerintah di parlemen. Pertanyaan dari banyak Investor Trader Forex adalah Poundsterling kembali rebound setelah sempat turun saat voting sebelum dan saat voting, lalu kembali rally setelah hasil voting di ketahui.
Banyak alasan yang mendasari perilaku para pelaku pasar dalam menanggapi hasil pemungutan suara tersebut, antara lain kesempatan bagi Perdana Mentri May untuk melakukan renegoisasi dengan alasan Penolakan Parlemen, atau bahkan terbukanya peluang bagi mundurnya jadwal jatuh tempo Brexit tanggal 23 Maret 2019 serta banyak sekali alternative lainnya yang membuat para pelaku pasar melakukan Buy Back terhadap Poundsterling yang telah jatuh sekitar 17% sejak referendum Brexit 2016.
Walaupun demikian para pelaku pasar secara umum mulai berhati hati dalam menentukan arah besar market untuk tahun 2019, dimana saat ini merupakan awal tahun dan tentunya semua investor masih mengumpulkan data, informasi dan fakta kedepannya agar investasi mereka tidak mengalami kerugian di pasar uang.
Ketidakpastian memang sedang melanda dunia, dimana :
- Di Asia masih dihantui oleh goyangnya pertumbuhan China yang merupakan mata rantai pasokan bagi seluruh negara di dunia. Melambatnya pertumbuhan ekonomi di China dapat merupakan awan gelap bagi seluruh dunia.
- Di Eropa tentunya kita sudah mengetahui bahwa penolakan parlemenatas kesepakatan Brexit yang diajukan PM Theressa May dan Uni Eropa akan berbuntut panjang, mengingat jatuh tempo Brexit tidak lama lagi. Selain itu Ketua ECB Mario Draghi melihat pertumbuhan ekonomi di kawasan Eropa tidak sesuai harapan, sehingga Draghi masih melihat masih perlu banyak program stimulus, agar inflasi di kawasan Eropa meningkat. Turunnya inflasi kawasan Eropa dari 1,9% ke 1,6% saat ini tentunya membuat kenaikan suku bunga dikawasan tersebut harus tertunda, setelah ECB melakukan taper sejak tanggal 31 Desember 2018. Penundaan bukan berarti penghentian dan kenaikan data inflasi di kawasan Eropa serta meredanya geopolitik di negara negara Eropa, dikemudian hari akan menjadi pemicu kenaikan mata uang Euro yang merupakan ekonomi terbesar ke 3 setelah China.
- Di Amerika Serikat, penutupan sebagian pemerintahan atas tidak sepakatnya Presiden Trump dengan Parlemen Amerika tentang anggaran $ 5,7 milliar tembok, telah menuju hari ke 26. Ini adalah penutupan kegiatan pemerintah Federal Amerika Serikat, terlama sepanjang sejarah negara tersebut. Penutupan lebih lama akan membuat ketidakpastian atas investasi di Amerika Serikat menjadi meningkat dikemudian hari, karena turun nya tingkat kepercayaan investor untuk berinvestasi. Selain itu tentunya ini akan membuat The Fed harus berfikir ulang tentang kenaikan suku bunga di masa yang akan datang karena The Fed kembali akan melihat data ekonomi yang akan dirilis, mengenai sector tenaga kerja, industry dan tentunya tingkat inflasi pada kuartal pertama di tahun 2019.
Ketidakpastian didunia hanya kan membuat safe haven akan kembali dilihat oleh pelaku pasar jika seluruh Pekerjaan Rumah diatas tidak dapat diselesaikan oleh para penguasa di negara masing masing dan Peluang safe haven seperti Emas akan kembali naik ke harga $ 1317 dengan alternative koreksi ke harga $ 1269.
Gold Timeframe Weekly